Rasa Penasaran yang Membawaku ke Brunei Darussalam

Assalamualaikum wr. .wb. . 

Aku pertama kali ke Brunei Darussalam kurang lebih 3 tahun yang lalu, tepatnya bulan Juli tahun 2015. Kepergianku ke Brunai bukan untuk sekedar jalan-jalan, namun dalam rangka student mobility. Jadi, aku menetap di sana selama satu semester, kurang lebih 6 bulan lah ya. Aku pergi ke sana bersama teman sekelas aku, Dina. Jadi kami berdua, tanpa berbekal pengetahuan mendalam tentang Brunei, nekad untuk melakukan student mobility disana karna rasa penasaran. Sebenarnya pengetahuan minim kami tentang Brunei bukan karena kami tidak mencoba untuk mencari informasi sebelum berangkat, namun karena informasi yang disediakan tentang Negara ini bisa dibilang agak minim. Namun sebelum berangkat kami telah menghubungi mahasiswa-mahasiswa PPI Brunai Darussalam (aku menghubunginya lewat FB), dan kami juga alhamdulillah waktu itu menemukan blog Kak Putri, yang kemudian beliau dan teman-temannya menjadi penolong kami selama kuliah di Brunei.

Di blognya, kak putri lumayan banyak menceritakan tentang kehidupan perkuliahannya di Universitas Brunei Darussalam (UBD), yang merupakan Unviersitas tujuan kami juga. Dengan baik hati kak Putri juga mencamtumkan akun IG nya, jadi awal mula kami komunikasi dengan kak puti melalui IG, sampai kemudian kak Putri memberikan kontak WA nya agar mudah dihubungi. Pertemuan aku dengan kak Putri ini adalah salah satu pertemuan yang sangat aku syukuri, karena aku tak tau apa jadinya aku disana tanpa bantuan kak Putri dan teman-temannya.

Selain rasa penasaran, sebenarnya ada alasan lain mengapa aku dan temanku memilih Brunei. Jadi, waktu itu kami mendapatkan dua pilihan negara, yaitu Malaysia dan Brunei. Semua teman sekelasku yang lain memilih Malaysia, dan hanya aku dan Dina yang memilih Brunei. Mengapa? Karena kami anak ekonomi! πŸ˜…. Ia jadikan anak ekonomi pasti udah terlatih untuk memperhitungkan untung dan rugi, jadi pada saat itu kami berpendapat, jika kami memilih Brunei, kami juga dapat mengunjungi Malaysia (nanti akan aku ceritakan di postingan selanjutnya). Sedangkan jika kami memilih Malaysia, kami tidak akan sampai ke Brunei Darussalam. 

Sebelum ke Brunei, pesawat kami transit dulu di KL, mengapa? ya mau aja, lagiankan emang pesawatnya transit di KL, lah nginap satu dua hari gak rugi kan ya 😊, jadi kami sempat menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di Kuala Lumpur, lumayanlah mengenal singkat dahulu Kuala Lumpur, sebelum nanti mengenal lebih jauh πŸ˜† (nah benarkan kataku di atas πŸ˜‹). 

Oh ya sebagai informasi, temanku Dina itu Non Muslim, jadi sebenarnya agak worry menghabiskan satu semester di sana, takut gak bisa ibadah, didiskrimniasikan dll, karena kami kan tahunya Brunei itu negara Islam ya, dan pemerintahannya juga sistem kesultanan Islam gitu, jadi wajar aja sih si Dina worry, bahkan mama nya awalnya gak ngizinin lo, dan sempat nyuruh dia milih ke Malaysia aja. Tapi alhamdulillah kami berdua membulatkan tekat untuk melanjutkan pilihan kami. Walau sebelum berangkat karena parno tadi, Dina lumayan banyak beli baju-baju panjang dan rok-rok panjang (sekarang aku ingatnya suka ketawa sendiri) yang pada akhirnya nanti disanapun bakal jarang dipakai dia.

Setelah sampai di Brunei International Airport, kami dijemput oleh perwakilan dari student committee nya UBDSBC (UBD Student Business School), kalau di negara kita kayak fakultas Ekonomi dan Bisnis gitu. Dan, yang menjemput kami waktu itu adalah seorang chinese, dengan rambut tergerai dan pakaian casual biasa (jeans dan Baju kaos oblong). Saat itulah Dina tersadar, bahwa tak ada yang perlu di khawatirkannya, karena cara hidup disinipun sama saja dengan dinegara kita, tidak harus selalu menggunakan rok, celana kain, baju panjang, hijab dsb.

First Impression kami tentang negara ini adalah, kendaraan yang digunakan oleh masyarakatnya. Jika di negara kita kalian bisa melihat motor dan public transportation di mana-mana, di Brunei yang yang ada hanyalah mobil dan beberapa bus umum (tapi yang menggunakannya adalah non bruneian, kecuali bus untuk ke rumah sakit). Selama satu semester disana, bisa dihitung berapa kali kami melihat kendaraan bermotor, karena yang menggunakan kendaraan bermotor hanyalah resotaurant delivery seperti KFC dan PizzHut. Jadi, jangan heran jika kalian akan melihat berbagai macam merek mobil yang belum pernah kalian lihat sebelumnya, termasuk mobil-mobil mewah, termasuk di lingkungan kampus dan hostel (asrama mahasiswa)!. Jika biasanya dikampus hanya anak orang-orang berada saja yang membawa mobil, disini seluruh mahasiswa kendaraannya ya memang mobil, entah berada ataupun biasa saja, nah sekarang kebayang dong kan sekaya apa negara ini 😏(hal ini nanti akan aku ceritakan di postingan lain). FYI, satu rumah di Brunei biasanya minimal punya dua buah mobil lo, meskipun seorang nelayan atau petani. Bahkan dosen aku dari thailand juga terheran-heran kenapa negara ini isi kendaraannya mobil aja πŸ˜‚, gak taku bakal macet apa?, tapi selama kami di sana, meskipun mereka pada makai mobil, tapi gak pernah lo kami terjebak macet, macet paling kalau ada kecelakaan aja.

Salah satu lahan parkir di University of Brunei Darussalam, ini mobil-mobil mahasiswa lo, tapi ini pun kondisinya lagi sepi,
Selain itu yang membuat aku terkagum-kagum adalah cara mereka menghormati pemimpinnya (sultan mereka, atau presiden kalau dinegara kita). Sejauh mana memandang di sudut-sudut jalan di Negara ini, atau di papan-papan iklan, kebanyakan berisikan do'a-do'a untuk sang sultan, terlebih di jalan-jalan utama. Sehingga pertama kali datangpun kami sudah hafal muka Sultan Hassanal Bolkiah. Berbeda dengan di Negara kita yang terkadang ada saja kelompok yang kontra terhadap pemerintah, di Brunei kau akan menemukan betapa warga negara ini sangat mencintai dan menyanjung sultan nya. Jika aku bertanya tentang Sultan Hassanal Bolkiah, maka yang teman-temanku ceritakan adalah semua kisah-kisah positifnya dan diakhiri dengan do'a semoga sultan sehat selalu dan dapat memimpin dengan lama. Namun, dari cerita teman-temanku tersebut memang wajar saja jika mereka sangat mencintai sultannya, karena beliau memang luar biasa menurutku, termasuk kebijakan-kebijakannya dalam mensejahterakan rakyatnya (kayaknya ini juga boleh aku bahas di postingan khusus selanjutnya)
Ini kebetulan perayaan ulang tahun sultan, tapi walaupun hari-hari biasa kita juga bakal bisa lihat poster sultan di jalan-jalan beserta do'a untuk kesehatan dan kesematan beliau dan keluarganya.
Selanjutnya, tentang mata uang. Jadi mata uang mereka itu dollar brunai atau ringgit brunai (kalian mau nyebutnya dollar atau ringgit dua-dua nya benar). Nah nilai mata uang mereka setara dengan dollar singapore, jadi kalau kalian punya uang singapore, kalian bisa menggunakan uang terebut untuk berbelanja di Brunei dan sebaliknya, mungkin hal ini karena kedua negara memiliki hubungan yang baik. Kalau dirupiahkan nilai mata uang 1 dollar brunei saat ini setara dengan Rp. 10.4687 (besar ya).

Penduduk asli Brunei adalah orang melayu, sehingga bahasa resmi mereka adalah bahasa melayu. Namun, menurut saya bahasa formal yang digunakan adalah bahasa inggris. Kebanyakan yang sering menggunakan bahasa melayu adalah orang-orang tua. Sedangkan anak muda dalam berbahasa sehari-hari lebih sering menggunakan bahasa Inggris, ataupun campuran melayu dan inggris, terutama chinese brunei, saya jarang sekali mendengar mereka berbicara menggunakan bahasa melayu, meskipun mereka dapat dengan lancar berbahasa melayu. Jadi, dapat dikatakan bahasa Inggris juga telah menjadi bahasa sehari-hari disana.

Karena masih satu rumpun dengan Indonesia, makanan-makanan yang ada di Brunei juga masih mirip-mirip dengan makanan di Indonesia, seperti ayam penyet, nasi goreng, dll.Satu-satunya pembeda adalah harganya πŸ˜…. Kalau di Indonesia harga nasi goreng bisa dibeli dengan harga belasan ribu, di Brunei harganya Rp 30.000 an. Tapi, ada satu menu favorite aku dan kawan-kawan aku, karena menu ini sangat bersahabat di kantong, namanya nasi katok. Harga nasi katok sangat murah bla dibandingkan dengan makanan-makanan lainnya, seporsi hanya Rp. 10.000 atau 1 dollar brunai. Nasi katok adalah menu makanan yang terdiri dari nasi, ayam, dan sambal. Sederhana, namun lezat dan pastinya murah.

Nasi katok
Ketika ke Brrunei, jangan lupa untuk mencicipi Ambuyat. Ambuyat adalah makanan khas negara ini. Sebenarnya makanan ini mirip dengan makanan khas papua, papeda. Orang brunei biasanya menyajikan makanan ini ketika ada acara-acara tertentu, namun makanan ini dapat juga di jumpai di restaurant, restaurant yang terkenal akan hidangan ini adalah Aminah Arif Restaurant.




Ambuyat biasanya dimakan bersama dengan berbagai jenis lauk dan sayurr lain, tergantung selera.

Nah aku ada video nya nih, waktu aku, Dina, dan teman aku Tiqah (Malaysia) diajakin makan Ambuyat oleh teman brunei kami, Ekka di Aminah Arif Restaurant.


Last but not least, karena Brunei merupakan negara Islam, jadi walaupun tetap dibebaskan dalam berpakaian, dalam acara-acara tertentu seperti convocation, para mahasiswanya diwajibkan untuk menggunakan jilbab, meskipun non muslim. Ngomong-ngomong tentang convocaition di UBD, sultan langsung lo yang memberikan ijazah kelulusan kepada para wisudawan (keren ya) dan mereka juga bisa salaman lnagsung dengan sultan setelah menerima ijazah tersebut (hanya untuk laki-laki, kalau perempuan sih enggak salaman). Kecuali jika sultan sedang berhalangan hadir baru deh diwakilkan oleh anaknya. Kebetulan kemaren dan teman-teman aku alhamdulillah diberikan kesempatan untuk menghadiri acara ini, dan pada waktu itu acara dipimpin oleh Sultan.



Selain itu, tempat-tempat hiburan malam tidak akan bisa kalian jumpai disana, termasuk karauke. Tapi, untuk yang suka karauke jangan sedih, karena kalian tetap bisa karaukean kok, dimana? didalam mobil πŸ˜…. Hal ini sering banget aku dan teman-teman aku lakukan, jadi didalam mobil kita pasang lagu dan nyanyi-nyanyi deh sepanjang jalan. Hiburan disini sangat minim, paling kalau bosan kalian bisa pergi ke mall, atau pantai. Mall merekapun tidak seramai seperti kebanyakan mall yang ada di negara kita. Jadi, biasanya jika bruneian atau orang asing yang tinggal di brunei sedang suntuk dan memiliki waktu luang, mereka akan pergi ke Miri (nanti aku cerita lebih lanjut ya tentang miri). Miri adalah salah satu wilayah bagian dari Malaysia, jadi Miri ini bisa dibilang perbatasan gitu antara Brunei dan Malaysia. So, karna udah masuk negara Malaysia, masuknya ya harus pakai passport. Miri merupakan salah satu tempat yang sering kami kunjungi, sekedar untuk refreshing ataupun belanja.

Nah, sekian dulu cerita tentang Brunai Darussalam, insyaallah nanti aku akan posting lebih banyak tentang negara ini, terimakasih sudah membaca :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Shampo dan Serum Satto untuk Rambut Rontok

Puisi Sukmawati ditanggapi serius oleh Ust. Felix Siauw: Apakah anda seorang penjajah?

Resep Cake Tanpa Oven, Rasa Lezat Bahan Gak Ribet!